Selasa, 26 Maret 2013

LT3, Camat Diberontak, Takut Minta Maaf

Setelah Regu Elang SMP Negeri 1 Subah mampu memposisikan diri ke posisi pertama di Jambore Ranting (LT2), kemudian regu kami mempersiapkan diri untuk menghadapi Lomba Tingkat 3. Kali ini kami mendapatkan pelatih dari Dewan Kerja Ranting. Kami bersama tim dari SMP Negeri 4 Subah yang sekarang menjadi SMP Negeri 3 Subah karena pemekaran Kecamatan Pecalungan, mewakili Ranting Subah di LT3.

Ada spesifikasi khusus yang harus kami pelajari saat mempersiapkan LT3, diantaranya tartil Al Qur'an yang diwakili aku, menganyam bambu yang diwakili Sunarto, memasak yang diwakili Megan, bahasa jawa yang diwakili Teguh, dan masih ada lainnya tetapi aku lupa.Kami diminta untuk belajar halang rintang mengayun dan meniti bambu karena dari peserta Gringsing sering berlatih di rel kereta api. 

Kami diberangkatkan dalam 1 regu ber10 bersama regu putri dari SMP Negeri 4 Subah dalam 1 truk. Kegiatannya dilaksanakan di desa Semboja kecamatan Tulis. Kami diminta untuk turun sekitar 2 km dari lapangan kegiatan. Karena kami tak mau direpotkan akhirnya kami membuat drakbar (pengusung) untuk mengangkut barang dan sekaligus gapuro tenda, walaupun persyaratannya mengharuskan menggunakan menara kaki tiga.

Aku mulai aneh karena berkemah dilapangan yang baru, dan belum ditumbuhi rumput karena di Kecamatan Subah biasa mengadakan kegiatan kemah di Bumi Perkemahan yang lebat akan pepohonan. Namun disinilah pengalaman baru dimulai.

Perkemahan yang sementara itu, yang rencananya dilaksanakan 6 hari itu ternyata memiliki fasilitas penunjang seperti radio. Pernah aku berkirim salam dengan membeli kertas suara seharga Rp 500. Aku menuliskan pesan untuk D.I.A, aku pikir itu akan terdengar hingga radio rumahnya. Akan tetapi itulah radio yang cakupannya hanya wilayah perkemahan saja.

Aku diminta untuk membaca tartil Al Qur'an. Ceritanya berawal dari Dianpinru yang dilaksanakan menjelang LT2 aku pernah bilang kalo sore ini akan ada ujian TPQ (Taman Pendidikan Qur'an) di TPQ yang dikelola warga desa. Dari situlah penunjukan dilakukan oleh Teguh sang senior yang juga menghadapi ujian TPQ diwaktu yang sama. Sebenarnya aku tak terbiasa membaca dengan tartil. Aku masih belajar membaca Al Qur'an dan belum begitu lancar.

Malam hari kedua ketika aku melakukan lomba bidang membaca Al Qur'an aku dihadapkan dengan ruangan redup akan cahaya lilin. Aku mulai tak konsen karena susah melihat huruf Al Qur'an yang kubawa. Al Qur'an yang aku bawa memang ukurannya lumayan kecil. Ditambah aku belum hafal ayat yang harus dibacakan pada saat itu pula. Alhasil lomba Al Qur'an yang aku laksanakan mendapatkan posisi terakhir yaitu 14.

Malam semakin larut, terjadwal bahwa esok ada penjelajahan. Seorang perempuan datang dan menengok ke dalam tenda dengan bilang "Besuk masih banyak kegiatan, istirahat yang cukup ya". Dengan percaya diri 1000% aku balas "wis ngerti". Aku tak tahu jika itu adalah seorang camat perkemahan. Di perkemahan LT3 ini mengenal RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan. Aku bingung harus bagaimana. Kemudian dia berbicara "Kalau tidak ada yang mengaku, jangan kaget kalo nilainya akan dikurangi". Ketika dia berbicara itu aku ingin mengakuinya, akan tetapi oleh temanku aku disuruh tidur.

Hari ketiga aku mengikuti penjelajahan. Ada materi uji yang melekat hingga sekarang adalah navigasi yaitu penggunaan kompas bidik. Waktu itu kami diberikan point derajat yang harus kami bidik hingga menuju ke sebuah titik. Karena ternyata tujuannya adalah lapangan kami menghentikan pembidikan hingga ujung lapangan. Hingga tiba tempat laporan terakhir kami ditanyakan point bidik yang kami bidik mengarah ke tali yang dibentangkan di lapangan yang bagian mana? Ada seorang yang bisa berspekulasi cepat hingga dapat menjawabnya.

Hari keempat adalah halang rintang. Aku dari awal yakin bisa menyelesaikan ini dengan baik. Ada beberapa rintangan yaitu merayap, meniti jembatan kecil, mengayun di atas sungai, dan meniti bambu. Aku satu-satunya anggota dari regu Elang yang bisa menyelesaikan itu semua. Kebanyakan dari regu kami gagal di meniti bambu.

Hari kelima adalah pengumuman, ada pemadatan jadwal hingga dapat selesai lebih awal. Regu Elang SMP Negeri 1 Subah mendapatkan juara 2. Mungkin sebenarnya bisa dapat juara 1 jikalau aku tak memberontak camat perkemahan itu. Aku sempat menyesali itu, karna itu salahku. Namun itu sebagai pembelajaran untuk saya agar tidak berbicara aneh-aneh lagi.