Minggu, 24 Maret 2013

D.I.A

D.I.A. adalah inisial yang unik dari seorang wanita kelahiran 21 Desember 1991. D.I.A inisial dari Desti Ika Aryanti, yaitu seorang wanita yang 1 kelas dari kelas 7 hingga 9 yang pernah menjadi istimewa walaupun saat itu mungkin cintaku hanyalah cinta monyet. Dia biasa aku panggil Desti, seperti intelegen aku kasih dia kode intelegen DIA21121991. Aku penuh khayal di film-film saat sebuah kode dapat disampaikan secara rahasia dan dapat dibaca dengan benar.


Sebenarnya aku dan dia tidak terlalu dekat, namun dia seakan memberikan sinyal kepadaku. Aku tak tahu apakah itu benar. Namun inilah yang pertama aku didekati perempuan dan lebih parahnya aku tak tahu maksud dari pendekatannya. Dia seorang bendahara kelas yang setiap hari Jum'at selalu mengumpulkan uang kas kelas dari teman-teman kelas. Waktu itu aku akan membayar uang kas. Seperti biasa kadang aku bayarkan untuk beberapa Minggu kedepan sehingga beberapa Minggu kedepan Aku tak perlu membayarkan lagi. Saat aku membayarkannya sapaannya beda dan lebih beda. Seorang temannya yang bernama Sari. Dialah teman dari SDnya. Seorang teman kembar Dian Kusuma Wardhani (Ani) dan Dian Permata Sari (Sari) yang merupakan putri dari Ibu Srimulyati (Guru Mapel Tata Boga). Sari menambahi ledekan kepada Desti dan Aku yang tak tahu apa-apa. Aku belum mengerti itu semua, tetapi yang aku lakukan adalah jengkel kepadanya. Seperti anak SD yang bermusuhan dengan perempuan teman kelasnya. Maklum masa transisi ke SMP belum 100%.

Beberapa Minggu kemudian aku sedikit mengerti dan mulai suka terhadap perempuan. Dan orang yang pertama yang aku sukai adalah Desti. Desti menjadi istimewa saat itu. Aku mencoba mendekatinya menggunakan surat cinta yang berwarna-warni. Mungkin yang diharapkannya bukan begini, dan aku salah dalam meresponnya. Entah aku yang keGe-eRan atau bagaimana. Kelabilanku menjadi-jadi ketika aku mencoba menanyakan perasaannya kepadaku. Masa labilku menuntunku untuk mencoba menghubunginya melalu telepon. Aku memang belum punya telepon atau hp waktu itu. Aku sempatkan untuk menuju ke wartel yang ada dikampungku. Saat aku mencoba menelpon rumahnya, yang mengangkat adalah ibunya. Ibunya bertanya "ini siapa?", aku menjawab dengan rasa takut tapi jujur "Lukman, temannya Desti, apakah Destinya ada?" Ternyata dia tidak ada.

Keseokan harinya aku melihat di kelas dia menangis karna teleponku. Aku menyesal menelponya. Mulai itulah aku drop dalam segala hal. Aku tak bersemangat apapun termasuk dalam belajar. Termasuk belajar untuk Fisika. Kejadian itu menyulut emosi, aku tak tahu apa yang terjadi dalam diriku ini. Aku seperti menyatakan permusuhan kepada dia, walaupun dia tak pernah menyatakan permusuhannya kepadaku. Temannya terutama Sari sering menanyakan perasaanku kepadanya. Aku sering bingung harus ngomong apa.

Kelas 8 aku sekelas lagi dengannya. Di kelas 8 ini ada kegiatan widyawisata. Dia yang semestinya duduk di paling depan di belakang sopir meminta untuk menukarkan tempat duduknya kepadaku. Aku jawab iya kepadanya. Harapanku ini menjadi sebuah pintu bagi kita berdua. Akan tetapi dia berpindah hingga kursi yang ke belakang. Hingga saat ini aku tak tahu kenapa?

Kelas 9 aku kembali 1 kelas bersamanya. Disini aku mendapat kepercayaan dalam kelas walaupun hanya mengurusi properti kelas (Seksi Perlengkapan). Aku bersama teman-teman lainnya mulai akrab. Akan tetapi aku tak pernah berpacaran dengannya. Mungkin dia bukanlah jodohku. Dan Allah mengenalkan ini semua agar aku siap menghadapi kisah yang sebenarnya.

Sebenarnya aku ingin minta maaf atas sikapku waktu itu. Aku jujur bahwa aku memang belum mengenal cinta. Maafkan aku yang pernah menjadi masalah untuknya. Terimakasih aku menjadi tahu karnanya.

Memang benar ada 2 kisah lain selain dia, namun kisah dialah yang paling bisa diingat dan diambil pelajarannya.