Rabu, 04 Desember 2013

Potensi Yang Diliarkan

Bicara tentang Kabupaten Batang tak akan ada habisnya. Kabupaten Batang yang terbentuk sekitar tahun 400 Masehi yang merupakan hasil kejadian bencana alam meletusnya Gunung Dieng. Yaitu menjadi Dataran Tinggi Dieng dan di sebelah utara merupakan hasil longsoran yang membentuk bukit-bukit secara alami membentuk wilayah Kabupaten Batang. 

Hal ini dapat dibuktikan dengan jika melakukan perjalanan dari arah Semarang menuju ke arah Jakarta maka, akan jalan akan sangat berbeda jika memasuki wilayah kabupaten Batang, yaitu berbukit-bukit. Jika sebelum memasuki Gringsing maka jalanan masih rata, memasuki Gringsing hingga Batang (kota) akan berbukit-bukit dan ketika sudah keluar kota maka akan kembali rata. (Toradi (Toponim), 2013).

Oleh karena kejadian bencana meletusnya Gunung Dieng tersebut maka keadaan geografi Kabupaten Batang diwarnai dengan daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Batang memiliki bentang pantai terpanjang di deretan daerah pantura, yaitu 38,9 km. Sehingga Batang memiliki sejumlah pantai yang beberapa telah dikelola seperti Sicepit, Sigandu, Ujungnegoro, Kuripan, Celong, dan Sijodoh.

Di dataran rendah, Batang dilewati jalur Pantura atau Jalan Raya Pos Deandels. Saat melewati Kabupaten Batang maka perjalanan akan terasa lebih lama. Itu dikarenakan memang jalur pantura di Kabupaten Batang juga merupakan yang terpanjang dibandingkan dengan daerah lain. Ada yang cukup terkenal di Kabupaten Batang yaitu Alas Roban bahkan ada yang menyebutnya Roban Siluman. Ini memang saling berkaitan.

Alas Roban yang sangat terkenal adalah yang ada di Gringsing. Aku ingin meluruskan kesalahan ini. Bahwa alas di Gringsing inilah bukan Alas Roban tetapi Alas Pancawati. Nama alas Pancawati diambil dari nama kawanan kera dengan raja kera putih. Di daerah inilah dahulu ada kelompok Pancawati. Dan tak jauh dari ini ada goa peninggalan Jepang yang merupakan bukti sejarah perjuangan di tahun 40an. Sedangkan Alas Roban sebenarnya ada di desa Sengon. Alas Roban berada di pantai, daerahnya memang terkenal singit. Dahulu dikenal dengan sebutan Roban Siluman karena memang warganya ada yang memiliki kemampuan yang berubah wujud menjadi siluman buaya. Namun kini telah berubah dengan perkembangan jaman. Di sekitar Alas Roban juga terdapat Goa Jepang yang berada di pinggir sungai besar. Konon sungai ini adalah pelabuhan kuno yang kedalamannya mencapai 20 meter.

Di daerah selatan terdapat perkebunan teh yang dikelola PT. Pagilaran. Perkebunan ini dibuka pada tahun 1899 oleh E-Blink orang kebangsaan Belanda. Sebelumnya daerah ini ditanami pohon kopi dan kina hingga kawasan puncak Gunung Kamulyan. Pada saat kemerdekaan RI maka seluruh aset dialihkan kepada PT. Pagilaran. Kemudian pada tahun 1964 daerah ini dijadikan sarana penunjang pendidikan fakultas pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Di sekitar Pagilaran terdapat air terjun yang diantaranya Binorong di sebelah bawah dan Genting agak jauh daeri Pagilaran yaitu di desa Bawang. Curug Genting adalah merupakan yang tertinggi di Kabupaten Batang dengan ketinggian sekitar 48 meter dengan kondisi alam yang masih asri dan hewan yang langka.

Sedikit lagi kearah selatan sudah memasuki Dataran Tinggi Dieng. Perlu diketahui bahwa Dataran Tinggi Dieng dimiliki 5 kabupaten yaitu Batang, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan, dan Banjarnegara. Disinilah banyak potensi yang belum terjamah. Diantaranya adalah Telaga Sendringo di perbatasan Batang dan Banjarnegara. Desa Pranten yang memiliki Air Hangat yang diambil dari bukit di sebelah barat kampung.

Oh ya ngomongin masalah air hangat di Desa Sangubanyu juga ada sumber mata air hangat yang kini dijadikan Pemandian Air Panas yang dikelola desa.

Dilihat peninggalan budaya klasiknya ternyata Batang merupakan pemukiman tua. Ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Sojomerto yang diperkirakan dibuat pada abad ke 7. Di prasasti ini disebutkan Dapunta Syailendra yang jika diuri-uri maka dia merupakan cikal bakal raja-raja di Nusantara. Perlu diketahui bahwa jika berbicara tentang Borobudur dan Prambanan maka pasti ada kaitannya dengan Dapunta Syailendra.

Di tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Batang bisa dipastikan memiliki peninggalan budaya klasik. Yang sering dijumpai adalah yoni yang merupakan elemen dari berdirinya sebuah candi.

Ada beberapa yang merupakan peninggalan budaya yang khas di Batang diantaranya Arca Sri Vasudara, Arca Karivarada, Arca Ganesha Pejanten, dan Arca Ganesha Silurah. Arca Sri Vasudara telah menggunakan motif batik padahal patung ini dibuat pada abad 7 Masehi. Arca ini ditemukan di kecamatan Gringsing. Informasi yang aku ketahui bahwa masih diteliti apakah motif sebenarnya dari batik Sri Vasudara ini merupakan Batik Geringsing yang hilang. Perlu diketahui bahwa Majapahit yang bangkit sekitar abad 12 Masehi juga memiliki kain bernama Geringsing. Jikalau penelitian batik geringsing ini terbukti maka bisa dipastikan Batik Tertua pertama ada di Kabupaten Batang.

Arca Karivarada adalah arca yang unik. Hanya dapat dijumpai di Kabupaten Batang, Indonesia dan India. Karivarada adalah menceritakan dewa wisnu yang mengendarai seekor gajah dengan membawa kampak dan diatasnya juga bertengger seekor burung garuda.

Arca Ganesha Pejanten merupakan arca ganesha yang unik karena bentuknya khas pesisiran yaitu menuju ke bentuk aslinya. Hal ini dapat dibedakan dengan ganesha yang berada di Silurah.

Di Balekambang Gringsing, tempat ditemukannya Arca Sri Vasudara juga ditemukan petirtaan tempat pemandian raja dengan sumber mata air yang cukup besar.

Akhir-akhir ini juga ditemukan bangunan yang komponennya masih banyak di Pecalungan. Diperkirakan ini adalah sebuah candi.

Sebenarnya peninggalan alam dan budaya di Kabupaten Batang sangat banyak. Dan aku tidak dapat menceritakan satu-persatu. Aku sarankan untuk membuka http://www.batanggallery.or.id

Sekarang aku akan membahas masalah utamanya. Kita memiliki banyak potensi yang masih diliarkan. Padahal dengan mengelola itu semua Batang bisa akan lebih maju. Dan sebaik-baiknya pemerintah adalah ketika mau mengikutsertakan kemampuan yang dimiliki masyarakat sehingga dapat saling berkesinambungan.

Mengenai potensi Sumber Daya Manusia juga sangat berpengaruh. Banyak orang-orang yang berpotensi tidak dianggap di daerah Kabupaten Batang. Sehingga mereka memilih daerah lain sebagai payung kegiatannya. Yang aku tahu adalah penulis Goenawan Mohamad, ahli purbakala Kusnin, sang sprinter Moh Sarengat dan masih banyak yang diluar sana yang belum terinventarisir dan belum dirangkul oleh pemerintah untuk memajukan Kabupaten Batang.

Aku ingin bercerita masalah potensi daerah yaitu Adin. Nama ini pernah terdengar di acara Aksi Indosiar pada tahun 2013. Dia lebih dikenal dengan Kak Adin sang Pendongeng. Dia adalah anak Batang asli yang kampung halamannya di desa Kedawung Banyuputih. Dia tergabung dalam Hikayat Nusantara yang berada di Yogyakarta. 

Suatu hari dia pernah memberitahukan kepada teman-teman Forum Silaturahmi Mahasiswa Batang Yogyakarta bahwa dia akan mengikuti acara Aksi Indosiar. Oleh teman-teman FORSIMBA hal ini diinformasikan kepada sang penguasa daerah bahwa ini perlu dan harus didukung. Oleh ajudan sang penguasa daerah dijawab bahwa dia akan datang. Dia berpesan bahwa diminta menyebutkan sang penguasa dan daerahnya. Oleh kak adin disebutkan. Tapi saat aku lihat dia tampak lesu dan tidak seperti biasanya. Ternyata yang menjanjikan datang tidak ada dalam studio.

Alhasil ketika aku ikut dalam Blogger Nusantara Kak Adin tidak membawakan nama Batang lagi. Dia memilih nama Jogjakarta. Mungkin cerita yang hampir mirip juga pernah dialami tokoh lainnya seperti Goenawan Mohamad, Kusnin, dan lainnya.

Menggemaskan memang... itu bisa disebut PHP. Ini adalah salah satu potret bahwa belum adanya respect masalah potensi yang dimiliki Batang. Harapan besar kini menanti adanya kepedulian masalah potensi ini agar semuanya tak melarikan diri ke daerah lain. Semakin cepat semakin bagus. Semakin lambat maka bus lain telah menanti dan segera berangkat ke daerah yang siap Ngopeni.