Selasa, 03 Desember 2013

Sumpahku untuk Negeri

Pernahkah kalian berpikir jikalau mati nanti muncul pertanyaan yang akan membawakan penyesalan yang luar biasa melebihi perasaan ketika kita tak mampu menyatakan cinta kepada yang pernah kita sayangi atau kita tak sempat memohon maaf kepada orang tua kita?


Sesekali aku pernah melihat kecelakaan tragis yang merenggut nyawa seseorang. Saat seperti itu setiap orang tidak mungkin dapat menghindarinya. Di hadapan Allah semua orang akan dianggap sama, Allah telah menakdirkan kematian manusia kapan dan bagaimana manusia akan meninggal. Dan kita hanya dapat menunggu tanpa kepastian. Dan itu bijak karena tanpa kepastian itulah kita disuruh untuk selalu bertaqwa dan sebanyak-banyaknya menabung amal ibadah.

Hidup dengan segala kecukupan mengakibatkan hidup manusia egois dan tak jarang menjadikan manusia terjerumus atas itu semua. Kadang kita diguncangkan dengan sedikit kekurangan dari kecukupan yang biasa kita terima. Dan itu menjadikan manusia hidup dalam ketakutan yang luar biasa sehingga dapat melupakan Allah. Padahal Allah memberikan guncangan itu untuk menguji manusia dalam imannya.

Tak dapat dipungkiri bahwa aku pernah mencintai seseorang yang pernah menghilangkan akal sehatku hingga aku pernah akan membunuh orang. Setelah aku dipertemukan dengan YVM aku sedikit mulai sadar bahwa hidup bukanlah untuk seseorang atau sekelompok orang saja. Aku mulai terbangun dari buramnya pandangan yang selama ini menghipnotisku dalam kesemprawutan.

Aku pernah berpikir apa yang bisa aku lakukan untuk banyak orang? Pada waktu itu aku mencoba mengisi kegiatan dengan mengikuti Teater Kita di Pekalongan, akan tetapi itu terhenti karna niatku saat itu adalah belajar mengolah ego. 

Saat itu juga berdekatan dengan seleksi Duta Wisata 2011. Aku berniat mengikutinya dengan berkonsultasi ke pak Arziska. Ternyata beliau memberikan gambaran yang membuatku tidak yakin mengikutinya. Seleksi Duta Wisata masih dimiliki oleh para pejabat daerah dan pemegang kekuasaan di Batang. Dan ini yang menjadikan tidak dapat berkembangnya para duta terpilih karena yang terpilih itu hanya untuk popularitas. Aku oleh pak Arzis diminta untuk masuk akan tetapi tidak mengharapkan juara, tetapi dapat masuk dalam sistem pemilihan sehingga dapat mengusulkan perubahan. Namun kala itu aku tak lagi berminat untuk ikut.

Jelang waktu yang tidak lama aku diberikan informasi oleh Mas Hidayat tentang adanya Seleksi Pemuda Pelopor yang diadakan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Batang. Aku sengaja mengikutinya dan ternyata akulah satu-satunya yang mengikutinya. Aku dijadikan Pemuda Pelopor Kabupaten Batang bidang Budaya dan Pariwisata. Dan mewakili ke tingkat Provinsi dengan segala kekurangan pengalaman yang diberitahukan oleh dinas. Alhasil bukanlah juara, tetapi pengalaman yang sangat mahal harganya.

Dari itu aku mulai memiliki arah untuk menjadi pemuda pelopor, pemuda yang mengkawal kegiatan-kegiatan kepemudaan untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik. Seperti yang pernah terjadi di SMK N 1 Batang selama 2007/2008 dan 2008/2009 aku terpilih menjadi Kakak Terbijaksana saat kegiatan MOS dan kini aku membuktikan bahwa aku adalah memang bijaksana dengan merealisasikan penobatan Pemuda Pelopor Kabupaten Batang Bidang Pariwisata dan Budaya.

Konsep amanah selalu aku tanamkan ke diri sebisa mungkin. Hingga lama kelamaan akhirnya bukan amanah lagi yang kupelihara namun kesabaran dan keikhlasan dalam mengerjakan sesuatu. Konsep daerah juga berubah menjadi nasionalisme. Perlu diketahui bahwa nasional terbentuk dari kedaerahan yang kuat. Sehingga aku menyebut bahwa orang yang melakukan perubahan kepada daerahnya adalah orang nasionalisme.

Jika nasionalisme atribut sudah aku lakukan jauh hari saat aku menjabat sebagai Ketua Umum OSIS SMK N 1 Batang. Pada waktu itu aku mengikuti kegiatan sosialisasi kegiatan kesiswaan di Disdikpora yang menyebutkan bahwa SMP N 2 Batang setiap akan melakukan latihan PMR melakukan apel. Maka di SMK N 1 Batang aku terapka apel pagi pengibaran bendera dan sore penurunan bendera yang diawali dengan pengurus OSIS dan rencana tahun berikutnya dapat diikuti semua siswa SMK N 1 Batang untuk menanggulangi terlambat masuk sekolah.

Aku juga pernah bernadzar pada saat kelulusan untuk hormat bendera selama 1 jam di lapangan voli. Pada waktu itu aku ditemani oleh Galih Setyo Wibowo dan Infan Priyo Susilo.

Maka kali ini aku mencoba menanamkan nasionalisme walaupun tanpa atribut. Penanaman ini ada di jiwa dan raga. Bagiku dengan setiap orang sadar akan nasionalnya maka Indonesia ini akan maju. InsyaAllah di setiap kegiatanku kedepan akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. InsyaAllah akan kuabdikan diri ini untuk bangsa ini. Indonesia In Your Hand. Perubahan ada di tangan kita para pemuda.