Selasa, 03 Desember 2013

Batang Gallery 2011

Sumpahku untuk Negeri menjadikanku bersemangat untuk membangun daerah. Oktober 2011 adalah langkah awal untuk membuka jalan kegiatan kepemudaan di Kabupaten Batang. Saat itu aku mengumpulkan beberapa teman yang siap untuk menjadi panitia Batang Gallery 2011.


Batang Gallery 2011 adalah kegiatan yang mementaskan aktifitas kreatif pemuda Kabupaten Batang. Pada saat itu Batang Expo tidak menampakkan hidungnya sama sekali. Sehingga kami berinisiatif ada kegiatan alternatif namun dalam lingkup kepemudaan sebagai aset daerah. Batang Gallery 2011 rencanya diadakan 29 dan 30 Oktober 2011 dengan kegiatan lomba foto potensi daerah.

Beberapa pihak telah dihubungi, termasuk sang penguasa saat itu. Kami telah membicarakan masalah hadiah untuk para pemenang antara lain piala dan uang pembinaan. Kala itu beliau menyanggupinya. Dan Panitia hanya mencari dana tambahan sebagai operasional kegiatan.

Namun ternyata kegiatan kami bertepatan dengan masa kampanye pilkada yang menjadikan  sang penguasa susah dihubungi karena tengah sibuk mengurusi partainya. Kami tak dapat berbuat banyak, hanya penyesalan yang diterima untuk dapat mengkondisikan peserta yang telah mendaftarkan diri. Kami menundanya hingga waktu yang belum ditentukan.

Pada saat waktu penundaan aku memutuskan untuk mengistirahatkan panitia lain agar dapat fokus ke kegiatan masing-masing seperti sekolah dan kuliah. Dan aku harus berpikir ulang agar kegiatan ini mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan termasuk piala dan uang pembinaan. Akhirnya aku mengirimkan 33 paket proposal dan permohonan bantuan pendanaan ke berbagai kementrian, pemda, dan perusahaan. Antara lain Kementrian Kebudayaan, Kementrian Pariwisata, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Operator Komunikasi, Perusahaan Makanan dan Minuman, Gubernur dan Dinas-dinas Jateng, Bupati dan dinas-dinas daerah.

Dari usaha itu aku menerima surat dari Kementrian Pariwisata bahwa belum ada paku anggaran. Surat dari Telkom bahwa untuk mensurati telkom wilayah. Dan Telepon dari Kacang Dua Kelinci bahwa masih ada kegiatan di darahnya. Kemudian di bulan mei ada informasi bahwa ada bantuan dari Bagian Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Batang.

Nilai bantuan yang keluar adalah 2 juta. Itu hanya mampu untuk menghandle keuangan hadiah peserta dan administrasi serah terima. Itupun hadiah yang seharusnya 1 juta menjadi 500ribu, 750ribu menjadi 300ribu, dan 500ribu menjadi 200ribu. Sungguh disayangkan akan tetapi itulah yang dapat dilakukan panitia. Kemudian piala didapat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang sebanyak 1 set padahal janjinya adalah 2 set. Bantuan juga didapat dari Dewan Kesenian Daerah untuk operasional.

Kemudian tanggal ditentukan bulan April 2012. Tawaran datang dari seorang teman bahwa kegiatannya band ingin digabung dengan kegiatan Batang Gallery. Kemudian muncul ide-ide untuk memasukkan komunitas Parkour dan komunitas BMX dalam kegiatan itu. Konsep kemudian diubah total dan pendanaan tidak dapat diubah. Entah kenapa temanku yang menawarkan kegiatan itu (Musa Aljazumar) memiliki ide cemerlang dalam hitungan hari dapat mendatangkan pendanaan dari sponsor. Akhirnya kegiatan diadakan pada tanggal 21 dan 22 April 2013 di SMK Negeri 1 Batang.

Saat itu ada pro dan kontra yang menjadikan SMK N 1 Batang kacau dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam ijin penggunaan tempat memang dengan jelas kami melaksanakan mulai jam 14 waktu pulang sekolah. Akan tetapi para siswa merasa tertarik untuk berkeliaran menonton stand yang telah dibuka. Padahal untuk pementasan band dan dance baru dimulai sore hari. Pada saat itu aku dipanggil oleh waka. Mereka meminta untuk membayar penggunaan infrastruktur. Akan tetapi aku dapat meyakinkan bahwa semua baik baik saja.

Kami menghadirkan Pak Tri Ba'do dan Mas Afif sebagai juri. Mereka melakukan penilaian dengan kesederhanaan display foto yang ada. Setelah penilaian kami sengaja menjamu juri dan bercerita dengan mereka. Saat dengan Pak Tri Ba'do kita bercerita banyak dan disanalah kami menceritakan masalah kami dari cerita sang penguasa sampai masalah harus membayar infrastruktur. Ketika kami hendak memberikan sedikit uang untuk transport, Pak Tri bertanya apakah untuk pelaksanaan kegiatan ini sudah cukup? Aku menjawab apa adanya dan ternyata uang itu malah dikembalikan untuk dipergunakan pelaksanaan.

Saat itu pula aku menangis dan merasakan satu-satunya orang yang peduli dalam kegiatan ini atas nama pribadi dan Dewan Kesenian Daerah. Saat itu aku sadar bahwa akan banyak orang yang membantu kegiatan-kegiatan lain kedepan. Aku tidak akan putus asa lagi. Aku berharap bahwa tidak ada kegiatan kepemudaan lain yang sifatnya membangun bukan untuk kepuasan tersendiri yang dihalangi oleh pendanaan. Semoga ini dapat dijadikan referensi ketika suatu saat ada calon pemimpin yang akan maju dalam pertaruhan nama untuk menyongsong kemerdekaan.