Minggu, 28 April 2013

Si EAV

EAV adalah salah satu pengurus OSIS juga. Dia adalah adek kelas 1 tingkatan. Dahulu aku mengenalnya karna kesederhanaannya. Dia mengikuti ekstrakurikuler PA hingga kinipun masih turut serta ketika ekskul PA itu mengadakan kegiatan pendakian gunung. Sesekali dia mengikuti kegiatan di Racika Palm (Sebuah Organisasi Remaja Cinta Alam dan Anti Narkoba di Kabupaten Batang)

Aku dulu juga akan mengikuti PA dan karna aku ditugaskan di kepengurusan OSIS sebagai penggerak kesenian, akhirnya aku fokus ke ekskul kesenian. Namun hingga sekarang ini aku tetap suka dengan penjelajahan alam.

Suatu hari saat aku diundang mengikuti acara adat badge anggota PA, EAV juga akan mengikuti adat badge itu. Ketika itu aku ngomong bahwa aku akan ikut menghajar para peserta disana. EAV dengan KM, dan dia tahu bahwa aku tidak akan mungkin mengelak ketika KM ngomong. Ketika itu EAV meminta ke KM agar ngomong ke aku "Jagain EAV". Awalnya aku hanya menjaga seperti yang diminta KM namun semakin lama sejak kegiatan itu aku merasa lebih terhadap EAV.

Sejak aku tidak menjabat Ketua OSIS dan setelah kehilangan sahabat kecilku saat Bulan Ramadhan sebelumnya, dialah yang selalu mendengarkanku. Dia waktu itu adalah pengurus OSIS juga. Setelah beberapa minggu pendekatan akhirnya pada 28 Oktober 2009 aku meyatakan perasaanku. Aku selalu berharap jika dia adalah yang pertama dan terakhir bagiku saat itu.

Saat berpacaran kita selalu backstreet. Sebenarnya dia tak pernah diijinkan untuk berpacaran. Namun dia dan aku mencoba bertahan saat itu. Setiap mengantarkannya pulang aku hanya mengantarkannya hingga depan gang saja. Dan aku hanya pura-pura sebagai teman ketika didepan ibunya dan ayahnya. Tak pernah ada rasa keberatan karena aku benar-benar sayang dia.

Menjelang UAN dia memutuskan hubungan karena permasalahan kecil. Saat itu aku stres dan mencoba menemui Bu Ely Suchaery (nanti akan kuceritakan tentangnya). Wajahku yang tak biasanya menghadap Bu Ely. Aku menceritakan kepadanya berharap dia bisa memberikat kata kunci sebagai penenang hati. Benar, Bu Ely akhirnya bilang "Kamu punya kewajiban terhadap orang tuamu, Kamu Fokus UAN, nanti masalah ini akan aku bantu". Kemudian dia memanggil EAV, aku tak tahu apa yang dibicarakan mereka. Namun Bu Ely setelahnya meminta aku untuk tetap belajar dan fokus UAN. Bu Ely juga menawarkan aku untuk mendaftar kuliah. Dan aku coba mendaftar di UTY (tempat kuliah saat ini)

Selesai UAN menjelang perpisahan tingkat 12, rasa itu masih ada, bagiku banyak kenangan yang belum dapat dilupakan. Aku sempat sms "AMS" Aku Masih Sayang. Dan dia menjawab sama seperti yang aku smskan. Aku baru tahu bahwa dia memutuskanku untuk tetap fokus belajar menghadapi UAN.

Aku pernah berencana untuk bekerja di luar kota. Saat itu aku masih memiliki beban dengan hubungan ini. Aku sendiri belum bisa LDR saat itu. Namun dalam hati aku harus bisa. Aku telah mendaftar kerja di BKK SMK N 1 Kandeman. Kemudian melakukan tes tahap pertama di SMK N 1 Petarukan, Comal, Pemalang. Setelah lolos tahap pertama aku melanjutkan tes tahap berikutnya di Jakarta dengan mengumpulkan berkas terlebih dahulu di SMK N 1 Petarukan. Saat akan mengumpulkan berkas sebenarnya aku masih merasakan beban itu dan sesekali aku terbanyang saat mengendarai sepeda motor dan aku sebenarnya sudah merasakan hawa tak enak. Saat melewati jalan sebelah barat terminal Pekalongan aku kecelakaan. Dan tak bisa melanjutkan tes kerja tahap berikutnya.

Seminggu lebih jempol kakiku memar membiru. Menurut dokter di Puskermas Subah jempol kaki tak mungkin keseleo, akan tetapi mungkin retak.

Sekitar 2 minggu setelah itu aku dihubungi Bu Eli bahwa aku diterima di UTY dengan potongan uang gedung. Saat itu nominal yang disyaratkan oleh UTY merupakan termurah dari kampus lainnya. Oleh orang tuaku akhirnya aku disuruh untuk kuliah. Disinilah aku mendapatkan ilmu yang banyak (nanti akan aku ceritakan).

Sejak aku masuk kuliah di Jogja, hubungan kami sudah tidak seharmonis sebelumnya. Saat itu Gunung Merapi sedang meletus. Aku baru pindah kos yang letaknya sekitar 2 kilo dari kampus. Sekarang aku kos di sebuah kamar deretan kos terdalam yang dekat dengan WC yang lembab. Belum genap satu tahun dia meminta untuk putus. Kemudian dengan cepat dia jadian dengan teman satu kelasnya.

Aku stres hingga mencoba untuk mabuk saat itu akan tetapi Allah masih sayang aku. Aku tidak dipertemukan dengan barang maksiat itu. Aku diberikan banyak hidayah saat itu. Saat aku emosional dan kini aku bisa menghargai perasaan satu sama lain.

Setelah aku tidak bersama EAV ada 3 wanita yang sempat menggantikan posisinya (akan kuceritakan nanti). Setelah itu aku memutuskan untuk tidak berpacaran dengan siapapun sampai waktu yang aku tidak ketahui.

Semua kejadian itu banyak mengajarkan hidup yang sebenarnya. Merenung dan berintropeksi adalah sikap yang bijak, bukan hanya emosi atau membunuh sesama. Aku belum sempat meminta maaf apa yang pernah aku omongkan kepada EAV dan temannya saat itu. Aku juga ucapkan banyak terimakasih, karnanya aku mengenal kehidupanku saat ini, dan banyak orang juga merasakan apa yang sedang aku usahakan saat ini.

Aku tak mungkin kembali untuk ketiga kalinya. Biarkan aku yang sekarang ini untuk semua orang. Aku akan berjuang untuk kehidupan banyak orang.