Selasa, 28 Oktober 2014

Pranten : Awal Cerita Cinta

Belum lama ini aku dikabari oleh Panitia Jalan Pemimpin 2014. Aku dikabari bahwa kegiatan yang semestinya dilaksanakan saat sumpah pemuda ini diundur menjadi 10 November 2014. Nanti aku ceritakan apa itu Jalan Pemimpin.


Aku harus mematangkan materi desa Pranten yang akan menjadi fokus pembentukan Desa Budaya. Harapan aku adalah kami mendapatkan chanel untuk mengembangkan desa ini. Akhirnya aku kembali ke desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara ini. Aku kembali mengajak Bu Bidan untuk diajak main ke wisata yang ada di Dieng yang berada di balik bukit Pranten sana.



Tanggal 27 Oktober kami berangkat dengan estimasi 28 Oktober sore harus sampai ke Batang untuk memperingati Hari Jadi Batang Gallery ke 6. Hari pertama kami fokuskan untuk main ke daerah Dieng sebelum malamnya fokus bertemu warga Pranten. Kami main ke kawasan Telaga Warna yang masuk Kabupaten Wonosobo.



Ada kejadian menarik ketika kami di Goa Pengantin. Bu Bidan yang suka main pacar (hena) di tangannya saat itu melukis motif batik di tangannya. Oleh orang kami berdua dikira habis menikah dan berbulan madu di dieng. Sebelumnya kami juga pernah mengurus proposal Batang Gallery di kecamatan Subah. Oleh PJ Kades Sengon kami ditanya udah punya anak berapa? Saya jawab pak saya itu masih bujang belum nikah pacar aja belum punya itu masih pinjam... hehehe :D





Kemudian kami kehujanan saat di Dieng Plateau Theater. Disini Bu Bidan di telpon bapaknya. Dia berkata "Enak ya pacaran?" batinku hih siapa aja yang pacaran, orang dia pacar orang :D. Trus Bapaknya berbicara dengan ku, tiba - tiba dengan nada marah beliau bilang "Pan bali kapan mas?" Mau pulang kapan mas? Aku jawab dengan gelagepan "Ngeten pak, mangkih ndalu kepanggih kalih warga Pranten riyen bahas pengembangan desa. Menawi mangkih mboden kedalon nggih wangsul ndalu" ternyata beliau seakan mengerjai aku dengan gertakan itu. Bu Bidan ketawa melihat ekspresi gelagepanku. Kemudian Bapak bicara "Ya diselesein dulu, hati"... Dalam hati mak plong gak dimarahin bawa anak orang :D

Malam harinya kami bertemu dengan Pak Kuadi. Tokoh aktifis desa yang mau bergerak. Aku sampaikan bahwa aku juga tidak begitu jelas dengan program Jalan Pemimpin ini. Akan tetapi harapannya dapat kenalan yang dapat membantu pengembangan desa Pranten sebagai Desa Budaya. Banyak cerita harapan dan usaha yang telah dilakukan Pak Kuadi dan teman - teman. Desa Pranten merupakan desa yang susah aksesnya. Jarang diperhatikan pemerintah sehingga memiliki harapan besar kepada siapapun yang berpotensi membangun desa.

Pagi harinya aku dan Bu Bidan menuju Gunung Sipandu atau Pandudewanata. Yaitu Gunung disebelah barat dukuh Rejosari Pranten. Dari sini dapat dilihat Bawang yang berada di Utara dan Dieng yang berada di Selatan.



Saat kami berada di puncak HP Bu Bidan berbunyi. Ternyata ada nomor yang tak dikenal menerornya. Nomor itu pernah diberikan kepadaku namun aku tak pernah mengidentifikasinya. Saat itu HP saya angkat dan tak ada suara sama sekali. Kemudian aku bilang halo. Dari situ HP kemudian mati dan HP lainnya berbunyi ternyata adalah pacarnya.

Saat itu hubungannya dengan pacarnya masih diujung tombak. Ketidak cocokan menjadikan hubungan mereka merenggang. Bahkan Bu Bidan sebenarnya sudah memutuskannya walaupun mereka tidak pernah jadian sesekalipun. Saat HP kuangkat itu menimbulkan masalah baru. Bu Bidan dimaki - maki dan itu yang tak pernah Bu Bidan sukai. Wajahnya murung namun ketika melihatku dia menangis dan semakin keras hingga tersedu - sedu. Aku hanya bisa menenangkannya dan jika belum puas menangislah namun jika turun dari Gunung Sipandu tidak boleh menangis lagi.

Dia semakin erat memelukku dan masih saja menangis. Akupun ikut meneteskan air mata saat memeluknya. Aku merasa menjadi penyebab semuanya. Namun aku harus bangkit dan tidak boleh menambah kesedihannya. Aku harus bisa menghapus lukanya. Aku mencoba untuk menggendongnya untuk turun dan dia meminta turun dan menghapus air matanya.



Sejak itu aku berjanji diri sendiri akan membahagiakan Bu Bidan. Menjadi yang terbaik untuknya. Dia juga mengatakan "kalo punya pacar jangan di bentak - bentak". Dari itu aku mulai berjanji untuknya. :) Ini ceritanya belum jadi apa - apa lho ya... belum menyatakan sesuatu. Masih nyari hari baik. Hehehe... Dan aku tak mau dinilai memanfaatkan kejadian itu.