Senin, 06 Oktober 2014

Menuju Peristirahatan Sultan Agung dan Kanjeng Ratu Batang

Tanggal 2 Oktober lalu aku mengikuti kegiatan Bu Bidan memberikan sosialisasi Kesehatan Reproduksi di MA Muhammadiyah di Bantul Yogyakarta. Dari tempat itu aku teringat Imogiri. Di sana ada tempat pemakaman Raja - Raja Mataram. Selama di Jogja aku tidak pernah mengunjungi tempat itu. Hal yang menarik perhatian adalah tentang adanya Kanjeng Ratu Batang disana.


Siang terik aku mengajak Bu Bidan kesana. Dengan senang hati ia menemaniku. Dia pernah ke tempat yang bernama Pajimatan, desa Wukirsari ini namun dia tak pernah berani untuk ke puncak bukit karena tingginya. Dilihat anak tangganya saja sudah mengerikan.

Jalan Menuju Makam

Namun yang membuatku heran adalah kenapa kali ini dia mau sampai ke puncak? Setelah cukup menegangkan kali dengan 900an anak tangga akhirnya kami sampai dipuncak. Namun agak menyesal karena hari ini tutup.

Papan Informasi Buka

Kemudian hari ini 6 Oktober 2014 aku kembali kesini. Tujuanku akan berziarah, mengenang dan menyadarkan diri bahwa semuanya akan mati. Oh ya kawasan ini sangat disakralkan oleh abdi dalem kraton dan masyarakat Jogja. Bahkan makam Sultan Agung terdapat rekahan lantai yang muncul wewangian. Disana banyak orang berdo'a. Setelah menabur bunga akupun berdoa bersujud mencium itu. Sembari dipandu do'a oleh abdi dalam yang menjaga makam. Namun dalam hati aku cuma ingat Allah. Aku memohon perlindungan dari Allah semoga aku bukanlah orang yang sesat. Aku tetap memohon kepada Allah semoga apa kebaikan Sultan Agung dan Kanjeng Ratu perbuat, aku juga merasakannya. Bangkit dari itu wewangian semerbak memanjing di hidungku. Aku baru saja berdo'a kepada Allah disamping Raja Mataram (Kerajaan Terbesar Tanah Jawa) yang pernah menempati kejayaannya.

Oh ya, kawasan ini menjadi Cagar Budaya yang dilindungi negara. Beberapa Raja seperti Sri Sultan Hamengkubuana ke 9 juga menjadi pahlawan nasional.











Kanjeng Ratu Batang atau Ratu Kulon mendampingi Sultan Abdul Muhammad Maulana Al-Matarami atau Sultan Agung Hanyakrakusuma (Sultan Ketiga Kasultanan Mataram) yang melahirkan Raden Mas Sayidin atau Raden Mas Jibus atau Raden Mas Rangkah. Yang kemudian diangkat menjadi putra mahkota berganti nama menjadi Pangeran Adipati Harya Mataram. Setelah naik tahta menggantikan ayahnya (Sultan Agung Hanyakrakusuma) kemudian bergelar Sunan Mangkurat Senapati ing Alaga Sayidin Panatagama yang kemudian disebut dengan nama Sunan Amangkurat Agung atauAmangkurat I.

Kanjeng Ratu Batang sebelum bergelar Ratu Kulon bergelar Ratu Ayu Wetan. Berganti gelar menjadi Kanjeng Ratu Kulon setelah Kanjeng Ratu Kulon (Cirebon) diusir dari Keraton.

Ada beberapa catatan mengenai Kanjeng Ratu Batang (Ratu Kulon):

Catatan Gusti Raden Ayu Brataningrat : Ratu Kulon adalah putra Raden Tumenggung Uphasanta, Raden Tumenggung Uphasanta putra Tumenggung Manduranagara,Tumenggung Manduranagara putra Ki Juru Martani (Adipati Mandaraka).

Catatan lain menyebutkan : Ratu Kulon putra Raden Tumenggung Mandurareja, Raden Tumenggung Mandurareja putra Tumenggung Manduranagara, Tumenggung Manduranagara putra Ki Juru Martani (Adipati Mandaraka).


Selain melahirkan Sunan Amangkurat Agung, Ratu Kulon juga melahirkan seorang putra yaitu Pangeran Alit atau Pangeran Danupaya.