Rabu, 10 September 2014

Nekat Berangkat Ke Temu Pusaka Indonesia di Jakarta

Sebelumnya tidak pernah terpikir dapat berjumpa dengan tokoh papan atas yang bergerak di bidang budaya seperti Pak Putu Supadma Rudana (President The Rudana sebuah museum di Bali dan Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia), Pak Dwi Cahyono (Director Yayasan Inggil), Pia Alisjahbana (Commissioner Femina Group), dan teman - teman Pelestari Pusaka dan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia.

Batang Gallery diberikan kesempatan untuk bergabung dalam acara Temu Pusaka Indonesia 2014 di Jakarta. Sebelumnya kami diundang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang dalam kegiatan Rencana Aksi Kota Pusaka yang diarahkan oleh BPPI. Kami diundang karena memiliki informasi mengenai cagar budaya di Kabupaten Batang. Kami diwakili Amat Abidin dan Krisdiyanto dalam kegiatan tersebut.

Seperti biasa Amat Abidin yang sedikit ceplas - ceplos memberikan presentasi kepada orang didekatnya. Dia mempresentasikan kepada seorang ibu - ibu yang belum pernah dia kenali. Yang dia bahas adalah tentang Batang Gallery dan kegiatannya. Ibu - ibu itu tertarik untuk mengajak kami ke Jakarta. Ternyata dia adalah seorang pengurus dari BPPI namanya adalah ibu Youme (lupa tulisannya gimana? :D)

Melalui perantara Amat Abidin, aku akhirnya berkomunikasi langsung dengan ibu Youme. Beliau memintaku untuk mendaftar hadir di kegiatan Temu Pusaka Indonesia. Bagiku semua kegiatan dan orang didalamnya adalah sumber informasi dan channel untuk mendapatkan yang kualitas kegiatan yang lebih baik. Aku mengusahakan berangkat untuk memenuhi undangan tersebut.

Aku mengajak Danny Tri Prasetya dalam kegiatan tersebut. Namun aku sadar bahwa tidak ada anggaran khusus untuk menuju Jakarta. Akhirnya kami mengirimkan surat ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Batang dan BAPPEDA Kab Batang. Dengan maksud memohon bantuan transportasi, sedangkan penginapan kami sudah bisa handle sendiri. Seminggu sebelum kegiatan sudah, belum ada balasan sama sekali dari yang kami surati. Sampai H-3 belum juga dapat kabar, akhirnya kami memesan tiket kereta sendiri dengan estimasi biaya PP dan makan pas - pasan. Akan tetapi tiket kereta ekonomi yang menjadi harapan kami habis. Kami harus mencari uang tambahan lagi untuk membeli tiket bus yang harganya dua kali tiket kereta. Dan setelah kami berhasil membeli tiket bus kami juga membeli tiket kereta untuk pulangnya nanti.

Hari pemberangkatan tiba, saat itu hari Jum'at tanggal 5 September 2014. Kami akan berangkat jam 14 dari terminal Giwangan Yogyakarta. Sebelum itu pagi hari tiba - tiba ada telp dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Batang dan BAPPEDA bahwa hari ini ada uang transport. Aku sendiri gemas dan bicara "Saya pikir tidak ada responnya, jadi kami berangkat dari Jogja karena uang kami terbatas". Akhirnya uang transport tersebut kami ambil saat kegiatan selesai dan aku berada di Batang.

Kembali kecerita lagi, kami jam 14 berada di Terminal Giwangan. Oleh calo tiket kami dipermainkan, tiket bus yang kami pesan ternyata diganti dengan bus lainnya yang sebenarnya masih baru dengan trayeknya. Dengan agak sebal kami mengiyakan dan menambah ongkos tambahan sehingga total tiket harganya Rp. 130.000,-. Kemudian kami mulai menikmati perjalanan panjang selama 18 jam di dalam bus. Kami kelaparan karena uang kami fokuskan ke transport. Kami sampai di Bekasi jam 8 pagi.

Kami dijemput kakak bersama kakak ipar dari istri kakak saya. Ditempatnya kami menginap selama 5 hari kedepan.

Hari pertama kami menuju Museum Nasional untuk menghadiri kegiatan tersebut. Di hari ini kami diajak keliling museum nasional yang berada di Jalan Merdeka Barat. Kami menemukan banyak referensi tentang benda cagar budaya klasik Hindu Buddha yang kemudian dapat kami samakan di Batang. Kami juga diberikan informasi mengenai rencana pengembangan Museum Nasional.

Keliling Museum
Keliling Museum

Di hari kedua kami diarahkan ke Gallery Cemara 9 di daerah Menteng. Disini kami diberikan semacam seminar tentang kemuseuman, arsitek, dan pengalaman pendirian dan pengembangan museum. Pada saat ini hadir juga Pak Putu Supadma Rudana (President The Rudana sebuah museum di Bali dan Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia), Pak Dwi Cahyono (Director Yayasan Inggil), Widjaja Martokusuma (Pakar Arsitek ITB) yang mengisi di bidang masing - masing.

Bersama Semua Yang Terlibat

Di hari terakhir inilah yang cukup mengesankan. Kami dan beberapa pelestari pusaka seperti Asosiasi Recana Candi Indonesia (ARCA), pelestari dari Sulawesi, Sumatera, dan lainnya saling berkenalan dan presentasi dalam forum dihadapan BPPI termasuk ibu Pia Alisjahbana. Kami menyiapkan informasi mengenai Batang Gallery dari kegiatan, problem termasuk ketika berhadapan dengan penjara ketika dianggap pencemaran nama baik, rencana kedepan, dan hasil karya. 

Saat Presentasi
Ibu Pia Alisjahbana
Foto bersama BPPI dan Pelestari Pusaka

Aku, Ibu Pia Alisjahbana, dan Danny 

Perlu diketahui bahwa kami adalah yang termuda diantara mereka semua yang hadir. Setelah kami mempresentasikannya, Ibu Pia Alisjahbana langsung berdiri tepuk tangan dan menghampiri aku kemudian bersalaman dengan aku sambil mengucapkan "Perentasi yang luar biasa" dan sayang agak bingung. Ternyata perjuangan kami juga dirasakan beliau.

Setelah forum selesai kami melanjutkan pembicaraan dengan Ibu Pia Alisjahbana, kemudian kami meminta kontak yang dapat dihubungi dan kami foto bersama.

Perjalanan pulang (Rabu 11 September 2014) kami nikmati dengan melihat pemandangan di jalur selatan. Perjalanan ini tidak saya sia - siakan dikarenakan ini adalah perjalanan pertama naik kereta api. Dan saya merasakan perjuangan pahlawan Sumitro saat melewati terowongan di Purwakarta.

Jangan pernah sia - siakan kesempatan untuk menjelajah kemanapun ilmu ada. Karena itu banyak mengajarkan kita tentang perjuangan, apresiasi, dan syukur yang tiada henti. Terus berjuanglah dengan penuh dan ikhlas karena itu akan menjadikan kita lebih baik :)