24 Februari 2014. Ban motorku sudah membusung di sebelah sisi kanan serta kampas rem depan habis. Aku berangkat ke Jogja dengan laju lirih karena aku sedikit ragu dengan keadaan motor itu. Sesampai di Jogja aku langsung menuju ke kampus untuk menyelesaikan administrasi. Kemudian mencari bengkel untuk mengganti ban dan kampas rem.
Aku menemukan bengkel di Jalan Monjali Jogja. Agus Jaya Motor itulah nama bengkelnya. "Pak ada ban IRC NR80 ga?" tanyaku dengan santai. Pemilik toko menjawab "Ada tapi IRC banyak bermasalah". Aku sebenarnya juga memiliki masalah dengan IRC. 2 kali ini banku mlendung di samping. Aku mencoba mencari tahu masalahnya. Kemudian aku bertanya "Masalahnya apa pak?". Dia membawaku kebelakang tokonya dan melihatkan bekas ban yang juga mlendung. "Oh ya sama pak, aku mau ganti karna itu juga".
Sebenarnya aku berpikir bahwa pemilik toko ini hanya akan mengalihkan perhatian agar tidak beli IRC namun setelah aku lihat dia menunjukan kelemahannya maka aku agak yakin untuk memilih lainnya.
Cerita intinya mulai dari sini.
Kemudian aku memilih merk Corsa dan typenya. Aku bertanya ban yang sesuai untuk tanjakan naik gunung itu mana? Dia bertanya untuk apa naik gunung? Aku menjawab untuk penelitian cagar budaya yang ada di gunung.
Kemudian aku memilih merk Corsa dan typenya. Aku bertanya ban yang sesuai untuk tanjakan naik gunung itu mana? Dia bertanya untuk apa naik gunung? Aku menjawab untuk penelitian cagar budaya yang ada di gunung.
Dia memulai dengan cerita masalah mahasiswa yang berwirausaha. Sekarang ini banyak mahasiswa yang menjadi pengangguran. Itu dikarenakan mahasiswa tidak mengawali usaha sebelum selesai kuliah. Singkat cerita adalah mahasiswa belum siap diluluskan.
Dia mulai bercerita tentang anaknya, bahwa anaknya sejak TK sudah diajari bahasa Inggris dan SD diajari bahasa korea. Karena sekarang ini adalah jamannya persaingan yang ketat. Anak harus dibekali dari dini agar saat kuliah selesai siap. Anaknya sekarang sudah hampir selesai kuliah, diapun tak membatasi mau kerja dimana anaknya. Yang penting anak siap, dia mendukung, dia mengantar untuk ke tempat kerjanya pertama, kemudian anaknya ditinggal pulang.
Kemudian dia mulai mengajak berbicara mengenai jurusan ku. IT sudah banyak dibutuhkan. Jangan malu ngobrol sama orang lain, menawarkan jasa. Kita harus dapat menilai diri sendiri melalui harga jasa. Tawarkan program penjualan ke toko-toko. Saat kuliah bisa berpenghasilan akan luar biasa. Kemudian aku menyambutnya dengan bercerita masalah Sistem Pengolahan Data Cagar Budaya yang tempo hari saya selesaikan. Namun itu belum saya komersilkan. Sementara ini masih fokus dengan beberapa kegiatan.
Dia mengatakan "Kapan kamu ngomongin diri sendiri?". Itulah yang membuatku kemudian terdiam dan berpikir lama. Sepintas aku juga ingat kutipan adegan pada "Negeri 5 Menara" yang intinya sudah cukup pengabdianmu kini saatnya memikirkan dirimu. Dia seperti mengerti permasalahan yang ada di wajahku.
Aku memiliki banyak harapan pada daerahku. Aku tak tahu sampai kapan aku akan tetap berjuang seperti kemarin - kemarin. Dengan pertanyaan itu aku mulai berpikir siapakah yang akan menjamin aku akan tetap dapat di Batang? Ini bukanlah jaman Sukarno atau Suharto dimana orang yang telah berjuang untuk daerah atau negara akan ditarik untuk bekerjasama di dalamnya. Sekarang ini adalah jamannya uang. Dimana ada uang disitulah ada kerjasama.
Tanpa harus mengabdi kepada negri atau daerahpun sebenarnya itu takkan berpengaruh. Karna Siapa yang dapat menjamin? belum ada yang menjamin. Namun akulah orang yang cinta daerah. Bagaimanapun aku akan tetap cinta daerah. Namun aku juga butuh waktu untuk memikirkan dan berbicara tentang diri sendiri. Waktu - waktu inilah yang sangat tepat untuk memikirkan diriku sendiri sebelum memikirkan yang lainnya.