Senin, 29 Juli 2013

Gunung Merapi Meletus

Beberapa bulan di Jogja aku masih saja belum kerasan. Pada bulan Oktober status gunung Merapi berubah menjadi siaga. Banyak dari kampus yang beradius 25 km diliburkan untuk mengantisipasi bahaya terjelek yang mungkin dapat kapan saja terjadi. Namun kampus UTY tetap saja sesuai dengan komitmen untuk melaksanakan perkuliahan.


Kehidupan saat itu seperti film tahun 80 an. Warna hijau daun menjadi keabu - abuan. Setiap orang memakai masker hijau yang dibagikan atau dijual dijalanan. Pemberitaan acara TV Silet di saluran RCTI semakin memperkeruh suasana hingga banyak mahasiswa di Jogja saat itu kabur untuk menyelamatkan diri. Seakan dunia hari itu adalah kiamat.

Gempa saat perkuliahan beberapa kali terjadi. Aku yang sedang mengikuti kuliah PAI sempat merasakan gempa. Kursi kuliah bergoyang diikuti dengan proyektor yang tidak konsisten pada posisi LCD. Setelah sadar bahwa itu adalah gempa maka yang ada diruangan di lantai tiga itu berhamburan keluar. Namun gempa itu hanya terasa sebentar.

28 Oktober 2010 di malam hari, gunung teraktif di dunia meletus dan memuntahkan wedus gembel. Mbah Maridjan yang disegani masyarakat lereng merapi karena keberaniannya menjadi penghubung dunia kerajaan merapi dengan dunia manusia, dia adalah juru kunci saat itu, dia turut menjadi korban dengan posisi sujud di rumahnya sendiri. 

Pagi hari aku kaget karena genting telah tebal dengan pasir vulkanik yang disemburkan merapi. Ternyata aku baru saja melewati malam yang jarang di temui di Kabupaten Batang. Aku sempat berpikir jika sekali meletus dihalaman kos saja pasir dapat bertambah 5 cm bagaimana jika 10 kali meletus? berarti ada 50 cm dan jika itu berketerusan maka akan ada kota yang tenggelam karena pasir. Mungkin sudah banyak desa yang ditenggelamkan dengan cara ini. Inilah kuasa Allah agar makhluknya tetap menyembah kepada-Nya.