Sabtu, 01 Juni 2013

Mulai dari Nol untuk Kembali Bangkit

Sebenarnya cerita ini belum waktunya untuk diceritakan karena masih banyak cerita yang mengantri sebelumnya dari Goes to Jogja hingga aku semester 6 ini. Akan tetapi ini sangat penting diceritakan agar semuanya dapat mengambil hikmah dari kejadian ini.


Senin 29 April 2013 malam adalah hari lesu. Hari dimana pada malam pergantian angka tanggal dari 29 ke 30 yang terasa begitu cepat dan begitu lambat. Hari itu adalah peringatan bagi penghuni kos kuburan yang selama ini merasa aman dengan kondisi komplek kos yang sebelumnya memang tenang.

Hari Senin adalah hari tanpa kuliah. Aku hanya kuliah dari hari Selasa hingga Jum'at saja. Senin pagi aku sangat semangat melanjutkan project tugas besar Pemrograman Client Server yang sebelumnya telah dirancang bersama dengan satu kelompokku (Akojo, Eka, dan Eko). Satu hari memang aku habiskan untuk menyelesaikan desain aksi untuk desain program yang telah dibuat. Targetku adalah aksi untuk login berdasarkan hak akses dan aksi tombol dan form sudah terselesaikan. Di saat penat aku refreshing dengan menuliskan beberapa judul pos di blog ini. Ada beberapa judul yang aku publikasikan di hari itu.

Siang hari aku sempatkan menyelesaikan login, dan itu sukses. Kemudian aku selesaikan bagian aksi tombol dan form. Jam 16.00 aku sempatkan untuk sarapanku hari itu. Aku telah terbiasa makan satu kali sehari, namun sekali makan 2 porsi aku habiskan. Sekitar jam 17.00 aku kembali mengerjakan project hingga adzan Maghrib menghentikanku berkoding sejenak. Aku kembali koding setelah sholat Maghrib saat itu.

Aku baru ingat bahwa kami harus mengumpulkan revisi tugas presentasi Rekayasa Web pada pagi esoknya jam 08.00. Akhirnya kelompok Rekayasa Web ku (Aku, Akojo, Hendra, Triyanto, dan satu lagi tetapi tidak datang) memutuskan untuk mengerjakan tugas bersama di Kosku. Sambil menunggu mereka aku melanjutkan koding hingga setelah adzan Isya'.

Akojo datang dan waktu itu aku lihatkan hasil project yang telah aku selesaikan. Akan tetapi Akojo tidak membawa laptop karena dipinjam temannya yang datang ke Jogja. Kemudian Triyanto datang untuk menanyakan tugas Rekayasa Web. Waktu itu aku sempat menanyakan "Aku yang turun atau kamu yang naik?" maksudnya adalah mau mengerjakan di kosnya Triyanto atau kosku? Triyanto memilih untuk mengerjakan di kosku. Dia menuju ke kosku dengan membawa laptop, modem, mouse, dan fan laptop.

Kemudian Hendra datang dengan wajah sedikit lesu dan mengeluarkan Laptop kemudian harddisk eksternalnya. Karena butuh koneksi aku membuat Andromax-i ku untuk Hotspot agar dapat dikoneksikan bersama. Memang diantara aku, Hendra, dan Triyanto sebenarnya sudah merasakan hal yang aneh dalam hati namun tak pernah menyangka bahwa itu adalah pertanda musibah bagi kita.

Malam itu anggota Kos Kuburan akan merayakan Ulang Tahun Akojo dengan beberapa rencana. Rencananya adalah kami akan membasahi Akojo dengan adonan yang telah disiapkan setelah makan malam.  Seakan telah bocor rencana itu, kami menghajar Akojo dengan melilit tangannya dan mulutnya dengan Lakban dan memotonya. Saat itu Hendra dan Triyanto sedikit lebih fokus dengan tugas Rekayasa Web.

Jam 20.30 kami (Anggota Kos Kuburan) keluar untuk makan. Aku sebenarnya tidak ingin keluar, akan tetapi rasa haus mendorong aku untuk ikut ke Burjo (tempat makan favorit tiap malam Kos Kuburan). Laptop yang berisi data potensi daerah Kabupaten Batang beserta beberapa proyeknya dan Andromax-i ku kutinggal, biasanya Andromax-i ku kubawa. Kemudian Laptop dan Harddisk eksternal yang berisi backup data Asrama Sulawesi milik Hendra juga ditinggal. Kemudian Laptop yang berisi coretan musik dan piranti yang dibawa Triyanto juga ditinggal. Semuanya ditinggal di kosku yang berada di pojok lantai dua.

Rasa canggung dengan keadaan kemudian tetap terngiang saat berada di burjo. Aku memesan STMJ dan Esteh. Kemudian Hendra merasa ingin membungkusnya saja dan meminum di kosku saja. Sebenarnya sebelum menuju ke kosku, Hendra sudah merasa tak ingin pergi ke kosku, akan tetapi tugas harus dikumpulkan esok harinya.

Sekitar 30 menit di Burjo akhirnya sekitar jam 09.00 kami kembali ke kos. Akojo dan temannya makan lebih lama sekitar 30 menitan daripada kami. Kami pulang lebih awal menuju kos. Akan tetapi kami tidak langsung menuju ke kamarku karena mempersiapkan kejutan untuk Akojo. Setelah menunggu Akojo masuk kosnya (Kos sebelah Kos Kuburan, maklum dia terusir oleh bu Kos karena menghianati Kos Kuburan dengan pindah kos lain, kemudian saat akan kembali ibu kos menyatakan telah penuh) kemudian Triyanto sebagai eksekusi alat musik gitarnya, lainnya menyiapkan roti dan kado beserta adonan yang akan dia terima. Kami bernyanyi di jalanan masuk depan kosnya kemudian menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Akan tetapi itu masih 2 jam sebelum dia ulang tahun. Sehingga dia tak mau keluar dengan alasan belum waktunya. Tapi aku tahu alasan sebenarnya dia tak ingin mandi karna adonan di malam itu.

Dengan menyesal anggota Kos Kuburan akhirnya kembali ke sarangnya kemudian ngobrol di sekitar gerbang kos. Terlihat Hendra termenung, ternyata dia baru putus dengan cewek yang disayanginya. Akhirnya aku, Triyanto, dan Hendra memutuskan untuk melanjutkan tugas Rekayasa Web. Kami menuju kosku. Sepintas aku tak melihat sekelilingku. Aku langsung membuka kunci pintu dan didapati Laptop dan Andromax-i ku, Laptop dan Harddisk Eksternal Hendra, dan Laptop Triyanto telah tidak ada. Hanya ditinggal Mouse bawaan laptopku, modem dan mouse Triyanto saja. Kemudian dengan sedikit lesu aku melihat bahwa jendela telah rusak terdongkel. Ada dua jejak sepatu yang hingga kini tidak kuhapuskan.

Saat itu juga gerbang depan langsung ditutup, agar jika pelaku masih didalam kos tidak dapat keluar. Kemudian aku membangunkan Pak Kos. Pak Kos kemudian mengundang para penjaga ronda saat itu. Kemudian mereka menyarankan untuk melaporkannya ke Polsek Cebongan.

Kami bertiga (Aku, Triyanto, dan Hendra) ditemani Imam Arifin bergegas melaporkan kejadian ini. Selama 3 jam kami diintrogasi. Kami kembali ke kos sekitar jam 02.00 lebih. Saat itu kami bertiga tidak langsung tidur hingga waktu hampir jam 4 pagi. Triyanto tidur di kos Imam yang berada di sebelah kosku. Sedangkan aku dan Hendra tidur didepan pintu kamar aku dan Imam yang berdampingan.

Dalam pikiranku aku masih terbayang dengan keberadaan laptopku di kos yang sebelumnya ada. Aku tidur saat menjelang jam 04.00 dengan kadang mata terbuka menatap kosong ruangan kosku yang hampa. Aku tetap terbayang hingga hampir 2 minggu. Begitu juga Triyanto dan Hendra. Aku tidak berani menghubungi Orang Tuaku saat itu karena aku tahu mereka baru saja capai karena dari Semarang, baru setelah Subuh aku beranikan menghubungi Orang Tuaku.

Laptopku didapat dengan menjual Kayu Sengon yang ditanam orang tuaku di tanah warisan kakek nenek ku di Durenombo. Sedangkan Andromax-i ku kudapat dengan mengumpulkan uang honor dari kegiatan kepemudaan mewakili Kabupaten Batang di tingkat Provinsi dan honor ketika membantu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang. Saat itu yang aku takutkan adalah hilangnya kepercayaan orang tua, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang yang saat itu meminta untuk dibuatkan buku, kemudian Data Potensi Kabupaten Batang yang dikumpulkan sejak awal tahun 2012 dan backup sejak tahun 2008. Keduanya telah seperti Setengah Jiwaku.

Disamping itu ada data beberapa organisasi yang aku geluti dan aku dirikan yaitu Forum Anak Kabupaten Batang dan Martabat Film. Dan beberapa data kegiatan serta data kuliah.

Rasa menyesal sedikit terobati. 9 hari setelah kejadian itu (9 Mei 2013) aku mengikuti ASEAN Blogger Festival Indonesia 2013 di Surakarta. Banyak pengalaman yang aku ambil walaupun tak ada laptop dan media dokumentasi lainnya.

Setelah itu Ayahku segera mencarikan dana untuk mengganti Laptop yang hilang. Dalam pikirannya, Beliau inginkan aku tetap fokus kuliah dan segera menyelesaikannya. Karena ayahku hanya tinggal 14 bulan lagi bekerja. Sebenarnya Beliau sudah pensiun akan tetapi ditangguhkan bahkan beliau pernah akan diangkat sebagai Kepala Stasiun di daerah jalur selatan Jawa. Akan tetapi beliau menolak karena masih banyak pegawai yang memiliki pendidikan lebih pantas. Beliau memilih tetap kerja untuk membiayai kuliahku. Jika kuliahku lancar saat ini, maka tak sampai 14 bulan aku dapat menyelesaikan kuliahku. Dan segera bekerja untuk membahagiakan orang tuaku.

Kini aku mengulangi kembali mengumpulkan data dari Nol. Dari sinilah aku mencoba menata kembali dan mencoba untuk bangkit.

Banyak hikmah yang dapat diambil untuk selalu waspada dengan keadaan. Jangan sampai kebiasaan menjadi pembunuh disaat yang tak terduga. Apabila hati merasa tak enak, maka lebih baik ikuti kata hati. Dengan kejadian ini kasih sayang orang tua akan lebih terlihat, dan kita akan sadar kasih sayang Orang Tua melebihi segalanya untuk anaknya.